JAKARTA – Pada Sabtu, 11 Januari 2025, platform digital “Akal Lokal” resmi diluncurkan di Jakarta. Platform ini bertujuan untuk menjadi sumber informasi terpercaya tentang tradisi Indonesia dari berbagai daerah. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses dokumentasi dan penyebaran pengetahuan, diharapkan “Akal Lokal” dapat menjadi solusi bagi pengetahuan lokal yang semakin terpinggirkan oleh arus globalisasi.

Latar Belakang Peluncuran “Akal Lokal”

Kehadiran “Akal Lokal” berangkat dari kenyataan bahwa banyak pengetahuan lokal yang nyaris terlupakan atau bahkan hilang akibat perkembangan teknologi yang pesat. Di era digital, banyak informasi global yang lebih dominan, sementara kearifan lokal sering kali terabaikan. Platform ini hadir untuk menjawab tantangan tersebut, dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam mendokumentasikan dan mengedukasi tentang tradisi serta kearifan lokal yang ada di Indonesia.

“Akal Lokal adalah upaya kami untuk memastikan warisan budaya ini tetap hidup dari generasi ke generasi,” ujar Adinindyah, Co-Founder Terasmitra, dalam sambutannya.

Kolaborasi dan Dukungan dari Berbagai Pihak

Platform ini merupakan hasil kolaborasi antara Terasmitra (TM) dan Bali Lite dengan dukungan dari Global Environment Facility-Small Grant Program (GEF/SGP) serta United Nations Development Programme (UNDP). Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan sebuah wadah yang tidak hanya mendokumentasikan pengetahuan lokal, tetapi juga menyebarluaskannya kepada masyarakat luas.

Yanidar Witjaksono, Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan, menyatakan bahwa pengetahuan lokal adalah “harta karun yang tak ternilai” dan berharap platform ini akan terus berkembang sebagai sumber daya pendidikan yang berguna.

Partisipasi Masyarakat dalam Platform

Salah satu nilai lebih dari “Akal Lokal” adalah keterlibatan aktif masyarakat sebagai kontributor. Setiap orang dimungkinkan untuk membuat akun dan memasukkan tulisan mereka. “Akal Lokal pada dasarnya adalah platform partisipasi. Teman-teman bisa membuat akun dan memasukkan tulisan,” kata Amelia Rina Nogo de Ornay, Koordinator Knowledge Management Terasmitra.

Dengan menggunakan platform ini, masyarakat dapat berbagi pengetahuan lokal mereka—baik itu mengenai tradisi, adat istiadat, maupun praktik-praktik lokal yang mendukung kelestarian alam dan keberlanjutan. Hal ini diharapkan dapat menginspirasi inovasi lokal yang relevan dan membantu pelestarian budaya.

Kearifan Lokal yang Mendunia

Pada acara peluncuran, Gepger Riyanto, seorang antropolog dan akademisi dari Universitas Indonesia, menyampaikan harapannya bahwa “Akal Lokal” dapat memperkaya kemanusiaan dunia. “Platform ini menyediakan sebuah wadah bagi warga untuk menuangkan pengetahuan lokal mereka yang berharga dan rentan hilang,” ujarnya.

Selain itu, Eko Kumara, Direktur Penabulu, juga menekankan tantangan utama platform ini yaitu mengkonversi pengetahuan lokal yang sifatnya lisan menjadi informasi yang eksplisit. Menurutnya, platform “Akal Lokal” memiliki peran penting tidak hanya dalam mendokumentasikan pengetahuan tetapi juga dalam menciptakan ruang bagi pengetahuan baru untuk berkembang.

Menjaga Kelestarian Alam Melalui Kearifan Lokal

Sebagai contoh konkret penerapan kearifan lokal, Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, berbicara mengenai kearifan lokal dalam bidang pertanian. Banyak kelompok tani di Indonesia yang masih mempertahankan sistem pertanian berbasis pengetahuan lokal yang ramah lingkungan. “Kami menyadari bahwa para petani memiliki tanggalan khusus dalam melakukan penanaman, yang merupakan salah satu bentuk kearifan bertanam lokal yang hampir tergerus oleh pertanian modern,” jelasnya.

Harapan untuk Keberlanjutan dan Kolaborasi

Harapan besar dari peluncuran platform ini adalah untuk menciptakan sebuah ekosistem berbasis pengetahuan yang dapat menghubungkan berbagai pihak, termasuk komunitas, akademisi, organisasi masyarakat, dan publik umum. Dengan demikian, “Akal Lokal” tidak hanya menjadi tempat bagi pelestarian budaya, tetapi juga ruang untuk kolaborasi dan inovasi berbasis kearifan lokal.

Sebagai bagian dari acara peluncuran, berbagai pihak juga ikut berpartisipasi, termasuk LSM, akademisi, media, komunitas lokal, pelaku budaya, dan masyarakat umum. Pertunjukan Jimbe dari komunitas Ciliwung Merdeka serta pameran pengetahuan lokal dan produk-produk Terasmitra juga turut memeriahkan acara.

Kesimpulan

Peluncuran platform “Akal Lokal” ini menandai langkah penting dalam pelestarian pengetahuan dan kearifan lokal Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan keterlibatan aktif masyarakat, platform ini diharapkan dapat menjadi wadah yang terus berkembang, menyebarluaskan pengetahuan tradisional, serta memberi kontribusi positif dalam pembangunan berkelanjutan.